Kamis, 13 Maret 2014

Mendaki Gunung Pusuk Buhit !

Setelah kami selesai ujian akhir SMP, maka kami anak kelas tiga yang kost-kost-annya dekat, berencana sebagai perpisahan, dengan mendaki Gunung Pusuk Buhit bersama, kami ada kira-kira 15 orang. Sebelumnya diadakan rapat atau rembug-an,tentang logistik, bekal berupa makanan selama dalam perjalanan. Sampailah pada hari yang ditetapkan, kami berangkat dari rumah tempat kami mondok di Pangururan,kira-kira pukul empat pagi. Tidak sampai setengah jam, kami sudah sampai di Tanjung Bunga melalui Tanoponggol. Dari Tanjung Bunga kami mulai mendaki, mula-mula tidak terasa, bahwa jalan yg kami lalui, sudah menanjak, mungkin karena rame-rame, terasa seperti datar saja, namun lama-lama, mulailah kelihatan danau Toba dan pulau Samosir sedikit demi sedikit. Kira-kira tepat pukul enam pagi, disaat matahari terbit, kami sudah ada dipuncak gunung Pusuk Buhit. Saat itu ada bangunan tembok yang tingginya kira-kira hanya satu meter saja,lalu kita bisa berdiri gantian dgn teman-teman, terlihatlah kalau kita memandang pulau Samosir,arah kekiri danau Toba yg terhampar luas, yaitu antara Negeri Simarmata dgn Silalahi, dan inilah yang disebut Tao Silalahi, danau yg paling luas, antara pulau Samsir dgn pulau Sumatera.
Kearah kanan,kalau kita menghadap pulau Samosir, terlihat hamparan danau Toba yang sempit, antara pulau Samosir dgn pulau Sumatera, malah ada daerah yg bisa berkomunikasi dgn berteriak-teriak,dan hal itu diperkuat dgn adanya Tanoponggol yg merupakan pertemuan pulau Samosir dgn pulau Sumatera yg paling paling dekat, dan dihubungkan dgn sebuah jembatan, dan daerah itulah yg disebut Tanoponggol, Tanah Terputus maksudnya, kadang kapal tidak bisa lewat dibawah jembatan itu, karena airnya dangkal, maka harus dikeruk.  Kami semua yg ada dipuncak gunung Pusuk Buhit kedinginan, maka benarlah makin tinggi daerah itu makin dinginlah temperatur udara sekeliling. Kami rame-rame makan pagi dipuncak gunung itu, karena sudah capek dalam perjalanan, capek karena kedinginan, lalu makanlah sepuasnya. Kira-kira pukul sembilan pagi, kami mulai turun dari puncak gunung, tidak lagi melalui jalan yg kami lalui saat mendaki, tapi dari jalan lain,yg melalui Aek Rangat,dan disana kami istirahat beberapa lama setelah capek dalam perjalanan karena jalannya menurun,takut tergelincir, kami minum-minum teh manis,karena daerah ini sudah sejak lama jadi daerah wisata, saat itu memang hanya satu Warung kopi,atau orang Batak bilang Kedai Kopi,dan ada jualan Lampet, tentu saja disamping Kopi. Selanjutnya kami kembali ke Pangururan,melalui jalan yg sangat biasa dilalui masyarakat. Sore hari sampailah kami masing-masing dirumah tempat kami kos-kosan. Satu kenangan yg indah . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar