Selasa, 29 April 2014

Mulai Menyusun Tarombo, Silsilah Simataraja Simarmata.


Setelah saya bertugas di Jakarta, dari proses perjalanan hidup itu, timbul keinginan pada Saya, untuk mengetahui Tarombo, atau dalam pengertian umum disebut Silsilah, artinya bagaimana urutan turun temurun dari Simarmata yang pertama, atau biasa dikatakan Ompu Simataraja Simarmata, yang kemudian hari Perkumpulannya, atau Punguannya disebut Punguan Pomparan Simataraja Raja Simarmata, boru dohot bere. Mula-mula saya hanya tertarik, mencari garis emas, antara kami yang dari Lumbanbolak, atau lebih tepat Ompu Ajam Simarmata, lama-lama merambat ke Pomparan Ompu Tuan Bodil Simarmata, lalu merambat lagi ke Pomparan Simataraja Simarmata. Karena ada yang tau, bahwa Saya menyusun Silsilah itu, maka Pengurus Daerah Pomparan Simataraja Simarmata se Jabodetabek menunjuk Saya, menjadi Ketua Team Penyusun Tarombo, Silsilah Pomparan Simataraja Simarmata, dengan anggota sebelas orang. Kemudian hari hasil kerja kami itu banyak diambil,atau sebagai bahan utama oleh Pengurus Pusat dalam menyusun Tarombo Simataraja Simarmata, namun karena berbagai hal hingga kini Tarombo itu belum tuntas sepenuhnya. Untuk menyusun Tarombo kami Pinompar Ompu Tuan Bodil Simarmata, saya banyak dibantu oleh adik,Saudara  Jahormin Simarmata (A.Pardiyanto), Uda Tio Raja Simarmata (A.Esther ) dan Uda Jamester Simarmata (A. Yovancha). Untuk kepentingan saya dan keluarga, saya tuliskan Silsilahku sbb:

Simataraja Simarmata (1)---Dosi Raja (2)---Pultak Raja (3)---Tuan Bodil (4)---Ompu Batu Pamilangi (5),

---Ompu Huta Gorat (6)---Ompu Batu Dolok (7)---Ompu Baliga (8)---Ompu Raja Nauli (9)---Ompu

Ajam (10)---Ompu Berlin (11)---Ompu Luhut (12)--->. Ompu Luhut menikah dengan boru Sihaloho,

punya anak empat, dua laki dua perempuan sbb: Berlin Simarmata (13), Renti br Simarmata, Riomsi br

Simarmata, Ober Simarmata . Renti menikah dgn marga Nainggolan, Riomsi menikah dengan marga Sagala.

Ober menikah dengan boru Sihaloho. Berlin Simarmata menikah dengan Martha boru Sinaga, punya anak

empat: Barita Marthin Parluhutan Simarmata (14), Patar Parningotan  Simarmata, Parulian Simarmata dan

Maria Oktofani Ludvika Simarmata. Patar Parningotan menikah dengan Henny Theresia boru Tampubolon,

Barita Marthin Parluhutan Simarmata menikah dengan Esther boru Siregar,punya anak satu : Theodore

Maximillian Hasiholan Simarmata (15). Dan aku dan istri menjadi Ompu Theodore .Jkt 30/04/2014.

Senin, 28 April 2014

Ketua Panitia Pesta Bona Taon 1989,Simataraja Simarmata.

Saya masuk Jakarta tepatnya tanggal 2 Januari 1988, dan mulai bekerja di PLN Pusat sebagai Kepala Dinas Pembangkitan Hidro. Sementara saya tinggal di Hotel Sahid Jaya untuk beberapa bulan, karena masih menunggu proses Surat Ijin Menempati Rumah Dinas, ada pilihan antara menyewa rumah atau menunggu Rumah Dinas yang kosong. Keluarga sementara di Medan dulu, menunggu anak-anak kenaikan kelas, jadi antara bulan Januari 1988 sampai bulan Agustus 1988, istri saya mondar mandir ke Jakarta dari Medan, ngurus berbagai hal, jelasnya kami baru kumpul semua di Rumah Dinas PLN di Gandul Cinere mulai bulan Agustus 1988, sampai sekarang ini.Rumah itu telah jadi milik kami, setelah melalui proses yang berliku-liku, akhirnya dapat Saya cicil selama lima tahun, lunas,lalu diadakan perbaikan disana sini. Setelah anak-anak mulai mengikuti kegiatan sekolahnya masing-masing, maka sebagai keluarga baru,pengertian pendatang baru di Jakarta, maka Sayapun dan keluarga mulai bergabung dengan Keluarga Besar Simarmata, dan gabung juga dengan keluarga Besar Sinaga. Untuk Bona Taon 1989, Saya ditunjuk oleh Pengurus Daerah Jakarta, atau lebih tepatnya Jabodetabek, menjadi Ketua Panita Pesta Bona Taon Simataraja Simarmata. Sebagai orang baru di Jakarta, pusing juga menghadapi kebiasaan-kebiasaan para saudara semuanya. Pengalaman Saya yang menarik sebagai Ketua Panitia adalah  dalam soal Pembiayaan. Adalah hal yang mustahil, kalau hanya mengandalkan iuran anggota atau toktok ripe, maka haruslah ada para Donatur, para Penyumbang dari anggota Punguan Simataraja Simarmata se Jabodetabek, dalam kenyataannya sumbangan itu hampir merata satu sama lain. Tidak ada perbedaan,katakanlah seorang anggota yang punya asset Milliard, dengan seorang anggota yang hanya punya asset Jutaan, sumbangan hampir sama, beda kondisinya dengan marga lain, satu hal yang saya prihatinkan. Akhirnya pesta bona Taon tetap dapat berjalan dengan baik, walau keuangan semula rada tersendat, naumun atas berkat Tuhan Yang Maha Pengasih, semuanya dapat kami atasi, dan saya dalam hal ini rada banyak juga mengeluarkan dana tambahan,ha......semuanya untuk persaudaraan. Pesta berlangsung di Gedung Pertemuan Dharma Wanita Kuningan, Januari 1989.  

Sabtu, 26 April 2014

Bersosialisasi dengan Naposo Simarmata di Medan.

Saya tidak lama bertugas di Medan, hanya dua tahun,mulai 1986 sampai dengan tahun 1988. Disamping tugas-tugas utama kantor, dimana Saya memegang jabatan Deputy Pemimpin PLN Wilayah Sumut, maka Saya pun menyempatkan diri menghadiri tugas-tugas Adat yang berkaitan dengan Keluarga Besar Ompu Berlin Simarmata, pertama Saya harus menghadiri Pesta Pemakaman Amangtua Ompu Raja Olo Simarmata di Lumban Bolak Simarmata, sebelumnya ada juga Pesta Saur Matua dari Ompu Raja Olo Simarmata.
Ompu Raja Olo Simarmata,adalah anak tertua dari Ompung kami Berempat Bersaudara, yaitu Ompu Jabontor, Ompu Jones, Ompu Berlin dan Ompu Kasmer. Abang Jabontor adalah anak tertua dari Ompu Raja Olo Simarmata. Kedua Saya,harus menghadiri Pemakaman Amangboruku Ompu Marudut Nainggolan, sebelumnya Ompu Marudut Boru,yaitu Namboruku yang paling tua, telah dipanggil Tuhan duluan, jadi sempat juga beberapa lama Amangboru ku ini menduda. Kami hadir sebagai Hula-hula di Pesta itu, Pesta yang diadakan di Sidabagas Simarmata. Acara lain pernah juga aku menghadiri Pesta Pernikahan Anaknya Namboru yang ada di Bandar Habatu,dekat Perdagangan. Kami hadir sebagai Hula-hula, Namboru ku ini menikah dengan marga Silalahi,yang dalam urutannya adalah namboru nomor lima dan Halomoan adalah anaknya yang pertama. Dan beberapa adat-adat lain yang sempat saya hadiri selama saya bertugas di Medan-Sumut. Kegiatan lain adalah saya mulai mengadakan pendekatan terhadap Naposo Simarmata di Medan, saat itu antara lain yang jadi Ketua Napososo adalah Razat Simarmata, Jahormin Simarmata, yang kemudian hari kami sering bekerja sama di Jakarta,mengurusi Punguan Simataraja Simarmata. Kepedulian Saya saat itu kutunjukkan adalah Membantu Kegiatan Naposo Simarmata mengadakan Pesta Natal Simarmata di kota Medan.

Jumat, 25 April 2014

Menjadi anggota PARNA Surabaya.

Saya masuk PLN, terhitung 1 September 1973, dan ditempatkan di Surabaya, PLN Wilayah Jawa Timur.  Setelah melalui proses yang alot,karier saya maju selangkah demi selangkah, dan juga melalui proses yang alot juga, tepatnya tanggal 14 April 1975, saya menikah dengan Martha boru Sinaga di Tarutung. Kami sempat tinggal beberapa bulan di Madiun,karena saya dapat tugas disana, lalu akhirnya kami menetap di Surabaya,karena saya sudah mendapat penugasan yang definitif di Surabaya. Disamping kegiatan berkantor,kami juga jadi anggota Jemaat HKBP Kedondong Surabaya. Diluar itu kami jadi anggota Punguan Parna Surabaya , Pomparan Ompu Si Raja Naiambaton, saat saya resmi menikah, Punguan juga mengadakan satu acara Penerimaan sebagai anggota baru pada Keluarga Parna Surabaya. Parna Surabaya, resminya mempunyai banyak anggota, yang terdiri dari marga-marga Parna, namun yang mendominasi Punguan adalah marga Simbolon dan Sitanggang. Marga Sidabutar, Simarmata dan lain-lain hanya sedikit saja. Yang agak merepotkan adalah ada ketidak sesuaian antara marga Simbolon dan Sitanggang,pada hal mereka yang punya banyak anggota. Pernah satu kejadian karena ada persaingan ketat antara Simbolon dan Sitanggang, maka terpilihlah Simarmata yang jadi Ketua Punguan, pada hal saat itu kami hanya dua keluarga Simarmata,yaitu aku sendiri dan Uda O.Simarmata,Kapten Purnawirawan KKO. Saya dukung sepenuhnya Uda ini menjadi Ketua Punguan,sebagai Stabilisator, agar persaingan Simbolon dan Sitanggang dapat diredam. Inilah pengalaman yang menarik, pengalaman mulai terjun dalam acara adat,acara punguan, namun hal ini tidak berlangsung lama,karena kami pindah ke Madiun, sementara di Madiun,belum ada Punguan Parna, apalagi Punguan Simarmata, yang ada Punguan Saroha, orang Batak Toba. Setealah di Madiun dua tahun,kami kembali lagi ke Surabaya, dan gabung lagi dengan Parna Surabaya, sampai akhirnya kami pindah ke Medan.Sebagai boru,kami juga ikut Punguan Toga Sinaga dohot Boruna (PPTSB) Surabya.

Sejak Kapan Mulai Ada Perhatian Soal Marga Simarmata ?

Tatkala aku kuliah di Bandung, setelah mendapatkan ijazah Sarjana Muda, aku pulang ke Sumut, tepatnya ke Tebingtinggi. Mungkin tepatnya pada tahun 1968 akhir, atau awal tahun 1969. Yang kuingat bapakku ada kesibukan dalam kumpulan atau Punguan Simataraja Simarmata, saat itu belum dinamakan Pungsimarbona.
Dikota Tebingtinggi, walau jumlah orang Batak Toba atau secara khusus Batak Samosir, tidak begitu banyak, secara khusus lagi marga Simarmata mungkin baru ada duapuluh Kepala Keluarga. Kebanyakan mereka yang baru pindah dari Samosir, lalu berbisnis kedaerah perkebunan sekitar kota Tebingtinggi. Kudengar dari adik-adik , bapakku kalah dalam pemilihan Ketua Punguan, karena tidak bisa baca tulis, satu perkumpulan janganlah dipilih Ketuanya yang tidak bisa baca tulis, namun tetap diikutkan juga dalam Kepengurusan sebagai Wakil Ketua yang keberapa, hanya penghormatan belaka. Tidak diangkat jadi Penasehat,karena masih ada yang lebih tua,dan beliaulah yang jadi Ketua Punguan Simarmata itu. Kemudian bapakku ikut sibuk memikirkan Rencana Pembangunan Tugu Simataraja Simarmata di Bonapasogit, tentu saja mereka hanya memikirkan dan melaksanakan apa yang menjadi Kebijakan Pengurus Pusat dari Punguan Simarmata saat itu, artinya apa yang bisa dilakukan oleh Punguan Simarmata se-kodya Tebingtinggi. Ceritra ini membuat saya terharu, begitu penting rupanya Punguan Simarmata ini buat bapakku, maka akupun secara diam-diam berjanji dalam hatiku, bila satu saat ada kesempatan untuk membantu Punguan Simarmata ini,akupun akan membantunya tanpa ada perhitungan untung rugi, karena ini adalah masalah Parmudaron, masalah Hubungan Darah,masalah asal usul, masalah Silsilah. Demikianlah permulaannya timbul perhatianku untuk memberi sesuatu kepada Punguan Simarmata yang kucintai ini. Sekaligus saya sarankan,agar jangan pernah berharap apapun dari Punguan ini,tapi apa yang dapat kusumbangkan kepada Punguan Simarmata ini ?

Rabu, 23 April 2014

Kegiatan saya setelah Pensiun dengan Non Salary.

Setelah Pensiun dari PLN, mulai saya memikirkan kegiataan yang bersifat sosial, artinya non Salary, tanpa upah. Kebetulan di Gereja kami, HKBP Kebayoran Selatan ada reorganisasi. Kalau selama ini ada yang namanya Guru Huria, sering disebut Voorhanger,semacam pimpinan Jemaat setempat, sedangkan Pendeta mengkoordiner beberapa Jemaat. Nah kini Jabatan Guru Huria itu ditiadakan, lalu dibentuklah ada tiga Departemen atau Bidang, masing-masing Koinonia, Marturia dan Diakonia, dan Parartaon diluar dari ketiga bidang itu.Jadi Parartaon semacam kesekjenanlah. Saya ditunjuk menjadi Sekretaris Marturia, sedangkan Ketuanya adalah Sintua, atau disebut juga Parhalado Partohonan, sedangkan kami disebut Parhalado saja.
Kegiatan saya yang kedua adalah sebagai Pengurus IKPLN, Ikatan Keluarga Pensiunan Listrik Negara, dimulai dari bidang antar lembaga, lalu kemudian menjadi Penasehat IKPLN Cabang Kantor PLN Pusat.
IKPLN adalah wadah tunggal pensiunan PLN, yang menjembatani para pensiunan dengan Perusahaan, dalam hal ini PLN,yang dulunya tempat para pensiunan mengabdikan dirinya bertahun-tahun.Saya sendiri bekerja di PLN selama 30 tahun, sedangkan Dana Pensiun adalah Badan yang dibentuk Pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan, mengurusi para pensiunan PLN dari segi financial.
Setelah Pensiun, saya mencoba untuk ikut dalam perusahaan yang bergerak dalam kelistrikan, atau lebih tepat sebagai instalatur, namun saya sadar tidak berbakat berbisnis, untuk itu saya akan bergerak dalam penasehat teknik. Untuk itu ada aturannya, saya harus jadi anggota APEI, Asosiasi Professional Elektrikal Indonesia. Dia organisasi ini ada beberapa tingkatan keahlian,yang harus dipunyai,yaitu Ahli Muda, Ahli Madya dan Ahli Utama. Setiap posisi atau status harus ditempuh melalui Ujian yang dilakukan oleh Tim Ahli. Gampangnya Ahli Muda adalah menguasai pekerjaan Tegangan Rendah, Ahli Madya menguasai pekerjaan Tegangan Menengah, sedangkan Ahli Utama menguasai pekerjaan Tegangan Tinggi. Setelah melalui semua proses, maka sayapun mendapatkan status Ahli Utama pada APEI.
Kegiataan saya berikutnya, setelah saya memperoleh Keahlian Ahli Utama di APEI,, maka sayapun berhasil menjadi Penanggung Jawab Teknik pada PT Phimuro, satu perusahaan yang bergerak di dalam maintenance dan repair alat-alat listrik tegangan tinggi, seperti Trafo Daya, Jaringan Tegangan Tinggi dlsb. Lalu karena itu sayapun menjadi anggota AKLI, Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia untuk Daerah Kerja DKI dan Tangerang, disesuaikan dengan wilayah kerja PLN Distribusi DKI dan Tangerang. Dalam Kepengurusan ini saya duduk sebagai Penasehat DPD AKLI DKI dan Tangerang. Itulah berbagai kegiatan saya sejak mulai pensiun dari PLN, 1 Oktober 2003.

Selasa, 22 April 2014

Kegiatan setelah Pensiun dari PLN, bersifat Salary.

Setelah Pensiun dari PLN, terhitung mulai 1 September 2003, saya masih punya kegiatan yang dapat memberikan penghasilan tambahan, menanmbah uang pensiunan, yang saya terima setiap bulan. Pertama saya masih bertugas selaku Sekretaris Dewan Komisaris  PT Indonesia Power. PT Indonesia Power adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang Pembangkitan Tenaga Listrik diseluruh Indonesia, namun terfokus terutama di Jawa-Bali. Sekretaris Dewan Komisaris bertugas mempersiapkan bahan-bahan rapat antara Dewan Komisaris dengan Direksi Indonesia Power, bahan-bahan itu dipersiapkan sedemikian rupa antara Sekretaris Perusahaan IP dan kami. Rapat dijadwal sedemikian rupa, sehingga pekerjaan setiap kwartal dapat dievaluasi bersama, dan pada waktunya dilaporkan Pemegang Saham, dalam hal ini PLN Pusat selaku pemegang saham mayoritas.
Kegiatan saya yang kedua adalah sebagai Komisaris Utama PT Citacontrac. Citacontrac adalah satu perusahaan dari Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan PLN dengan saham 96 % ,sedangkan yang 4% lagi dimiliki oleh pribadi-pribadi yang pernah jadi pejabat di PT Citacontrac. Mereka ada 4 orang, masing-masing 1%. Saya menjadi Komisaris Utama mewakili YPK PLN, dgn saham 96 % itu, lalu yang 4 % diwakili oleh Bpk Ir.Bherbudi Bowolaksono sebagai Komisaris.Jabatan ini saya pegang selama 8 tahun, mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2010.
Kegiatan saya yang ketiga adalah sebagai Komisaris PT Rekadaya Elektrika, mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Rekadaya Elektrika adalah satu Perusahaan yang bergerak dalam EPC : Engginering, Procurement dan Construksi Pembangkit Tenaga Listrik, Penyaluran dan Distribusi Tenaga Listrik. Saham dari Perusahaan ini dimiliki oleh beberapa Perusahaan, yaitu PT Rekayasa Engginering, YPK PLN, PT PJB,PT Indonesia Power, dan PLN Batam. Komisaris Utamanya dari PT PJB, pemegang saham mayoritas, saya hanya sebagai Komisaris mewakili YPK PLN. Banyak pengalaman yang menarik disini.
Kegiatan saya yang keempat, dan masih berlangsung hingga saat ini adalah Penanggung Jawab Teknik PT Phimuro. Kegiatan ini mulai berlaku sejak tahun 2010. Perusahaan ini bergerak dalam maintenance and repair Electric Equipment. Semoga perusahaan ini berjalan dengan baik,agar keberadaan saya disana terasa ada manfaatnya.

Senin, 21 April 2014

Kepala Divisi Penyaluran dan Ketua Tim EDP.

Di PLN Pusat, yang praktis saya mulai bertugas 1 Januari 1988, sebagai Kepala Dinas Pembangkitan Hidro, selama kurang lebih delapan tahun, lalu menjadi Ahli Utama Muda Lingkungan selama empat tahun, lalu menjadi Kepala Divisi Penyaluran selama tiga tahun, dan pada 1 September 2003, resmi pensiun dengan peringkat SATU dan golongan IV D. Selama Kepala Divisi Penyaluran itulah saya juga ditunjuk menjadi Ketua Tim Effisiensi Drive Program (EDP) PLN dengan konsentrasi kerja di PLN P3B Jawa-Bali, Indonesia Power, Pembangkit Jawa Bali, PLN Kitlur Sumbagut dan Kitlur Sumbagsel. Diluar daerah itu ada  lagi Tim EDP, masing-masing Tim bertanggung jawab kepada Direksi melalu Direktur Operasi. Dalam keseharian, daerah kerja yang saya pimpin utk Tim EDP, adalah daerah kerja PLN yang sangat strategis, yaitu PLN Pembangkit dan Penyaluran di Jawa-Bali dan Sumatra. Hasil Kerja Tim EDP didaerah ini sangat mempengaruhi PLN secara keseluruhan, karena Beban atau MWH paling banyak di Jawa dan Sumatra. Saya merencanakan kerja yang terarah setiap kwartal, kami berkunjung kedaerah-daerah untuk mendapatkan hasil yang akurat. Saya tetapkan kami mulai dari Indonesia Power, ada kalanya di Kantor Pusatnya di Jkt, tapi seringkali di Areanya, bisa di Semarang, Suralaya, Saguling dlsb. Kemudian ke PJB, bisa di kantor Pusat Surabaya, bisa juga di Malang dlsb. P3B juga kami kunjungi, bisa diskusinya di kantor Pusat Gandul, bisa juga di Regional Bandung, Semarang dan Surabaya. PLN Pembangkit dan Penyaluran Sumbagut dan Sumbagsel, bisa di Medan dan Palembang, bisa juga di Padang atau Pekanbaru. Demikianlah tanpa terasa, Kepala Divisi Penyaluran PLN Pusat dan sebagai Ketua Tim EDP saya lalui dengan baik, dan pada akhir masa jabatan Saya, kebetulan ada reorganisasi, maka saya kembalikan penugasan itu kepada Direksi PLN.

Minggu, 06 April 2014

Menjadi Tim AMDAL PLN Pusat.

Bertugas di PLN Pusat, ada kalanya menjengkelkan, namun ada kalanya juga menyenangkan. Karena di PLN Pusat itu organisasinya demikian besar, bayangkan dimulai dari pegawai biasa, Kepala Seksi, Kepala Bagian, Kepala Dinas, Kepala Divisi, Direksi yang terdiri dari para Direktur dan Direktur Utama. Kita yang selama ini didaerah, jadi Kepala Sektor saja sudah kayak RAJA, begitu juga Deputy di Wilayah,apalagi sampai Pemimpin, fasilitas dan penghormatan pegawai sangat terasa. Di PLN Pusat, mungkin yang masih mendapat fasilitas adalah Kepala Dinas ke atas, Kepala Bagian ke bawah, hampir tanpa fasilitas, maksudnya kendaraan Dinas dan Perumahan.Menyenangkan juga,karena sering bertugas ke seluruh Tanah Air,hampir semua ibukota Propinsi telah saya kunjungi, malah ada yang sampai beberapa kali,termasuk Dili.
Saya di PLN Pusat, ikut berbagai Tim,selain Tim MISIP yang sudah saya sebut terdahulu, ada lagi Tim Asusransi Pembangkit, ada lagi Tim Pengadaan Barang, namun yang banyak kegiatan keluar kota adalah Tim Amdal PLN, Tim Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, mula-mula hanya sebagai anggota,lalu menjadi Wakil Ketua Tim Amdal, sesuai perobahan organisasi PLN,karena saya sudah menjadi Ahli Utama Lingkungan di Direktorat Pengusahaan. Tim Asuransi dan Tim Pengadaan Barang, banyak dikantor saja, bersifat administrasi, atau memeriksa persyaratan yg diperlukan. Tim Amdal PLN, bersama-sama Konsultan yang ditunjuk PLN, mempresentasikannya di depan masyarakat sekitar Proyek, didepan Pemda, lalu didepan Tim Amdal Pusat, Departemen Pertambangan dan Energi . Ini dilakukan untuk bergagai proyek baru dan lama dari Pusat-Pusat Pembangkit, kadang harus kedaerah dan kantor Pemda, sebelum dibawa ke Tim Amdal Pusat. Teringat berbagai Proyek PLTU, dan PLTA di seluruh Tanah Air, termasuk Tim-Tim saat itu .Puji TUhan, semua pekerjaan itu dapat diselesaiak dengan baik.

Menjadi Anggota Tim MISIP di PLN Pusat.

Resminya saya itu adalah Kepala Dinas Pembinaan Pembangkit Hidro, namun di PLN Pusat, banyak Tim atau Panitia, yang merupakan gabungan beberapa Dinas, atau Divisi atau lintas Direktorat, yang dibentuk berdasarkan satu keperluan untuk masalah tertentu, sehingga koordinasi didapatkan dengan cepat. Biasanya pembentukannya melalui satu Surat Keputusan Direksi dan umumnya ditandatangani oleh Direktur Utama.
Begitu saya masuk ke PLN Pusat, ada pembentukan Tim MISIP, satu tim yang menangani masalah management Sistim Informasi (Information Sistim), satu bentuk laporan yang dibutuhkan oleh Direksi, setiap minggu, tentu saja laporan itu didapatkan dari daerah atau Wilayah. Ada satu konsultant yang dihire, disewa oleh Direksi untuk menggiring pembuatan laporan itu, namun tentu saja konsultant tidak tau secara detail, bisnis PLN itu kayak apa, nah untuk itu dibentuklah oleh Direksi Tim Misip, yang akan mengimplementasikan rencana itu, dalam hal ini Tim akan memberi penjelasan kepada Wilayah-wilayah, dan untuk itu dibentuk dua kelompok kerja, yang mengurusi beberapa wilayah. Kelompok Saya, bertugas ke Pontianak, Jayapura, Menado, Palembang , Banda Aceh, Ujung Pandang,Banjar Baru dan Padang. Demikianlah Tim kami berkeliling selama dua bulan, dan kemudia laporan secara bertahap masuk dari Wilayah, dikoreksi oleh Tim,lalu disampaikan kepada Direksi,menjadi dasar untuk mengambil kebijakan Perusahaan.Satu usaha yang tetap butuh pembaharuan.

Jumat, 04 April 2014

Menjadi Kepala Dinas Pembinaan Pembangkit Hidro di PLN Pusat.

Ditengah-tengah kesibukan yang saya kemukakan terdahulu, datang khabar melalui Pemimpin kami yang baru saja pulang tugas dari luar negeri, bahwa akan ada reorganisasi di semua PLN Wilayah, disesuaikan lagi dengan organisasi di PLN Pusat, maka singkatnya,kami dua orang Deputy dari PLN Wilayah Sumut, harus kembali ke Jakarta, aku diperbantukan me
njadi Ahli Tingkat Dua di Direktorat Pengusahaan dan temanku Ir.Roswiem Ruslan yang tadinya Deputy Pemimpin Bidang Pembangkitan,pindah ke PLN PPE, sebagai Ahli Tingkat Dua juga. Satu saat ada kesempatan saya menghadap Ir.AD Kamarga, Direktur Pengusahaan PLN Pusat, saya melaporkan tentang rencana perpindahan saya itu, namun saya katakan bahwa saya telah dua kali menjadi Kepala Sektor, masing-masing menjadi Kepala Sekto Madiun dan Sektor Kalikonto,lalu menjadi Deputy Pemimpin Bidang Perencanaan di PLN Wilayah Sumut, masak saya menjadi Ahli Tingkat Dua lagi, saya ingatkan juga beliau, bahwa pada jaman beliau menjadi Kepala Sektor Priok dulu,sayalah yang pernah kerja praktek selama dua bulan di PLTU Priok, ternyata beliau mengingatnya, dan menjanjikan akan memperhatikannya, ternyata benar, beliau membuat SK baru, dan mengangkat Saya menjadi Kepala Dinas Pembinaan Pembangkit Hidro,karena sewaktu dua kali saya menjadi Kepala Sektor, termasuklah itu mengurusi PLTA, seperti PLTA Golang,Girangan, Ngebel dan Mendalan, Siman,Selorejo. Teman-teman di PLN Wilayah Sumut, geger akan perobahan SK itu, saya senyum-senyum saja, termasuk Pemimpin kami Ir.Soesanto Kramadibrata bingung juga. Selanjutnya saya berangkat ke Jakarta dinas, aktif mulai Januari 1988, namun keluarga baru pindah bulan Juli 1988, beberapa bulan aku tinggal di Hotel Sahid Jaya, sambil menunggu anak-anak dan proses perumahan, akhirnya kami dapat rumah di Komplex PLN Gandul-Cinere,dan itu kami tempati hingga sekarang,karena sudah menjadi milik kami, setelah melalui proses yang cukup panjang. Aku mulai belkerja dengan penuh kesungguhan, belajar masalah PLTA secara lebih mendalam lagi,belajar tentang lingkungan PLTA, seperti Waduk dan bendungannya,semuanya menyangkut pengusahaan dan pemeliharaannya. Puji Tuhan, dimana ada kemauan disitu ada jalan.