Selasa, 01 April 2014

Pernikahan .



Setelah saya kerja, maka desakan orang tuaku, agar aku segera menikah, menjadi hal yang wajar. Kuingat selalu kata-kata Bapakku : Aku ingin ganti nama , katanya, segera kumaklumi apa maksudnya, karena bagi orang Batak, kalau dia dapat cucu dari anak lakinya yang pertama, maka diapun akan memakai nama cucunya itu, sedangkan kalau itu cucu dari anak perempuannya, maka ada tambahan nama " Si ", karena marganya dan marga cucunya ada perbedaan. Demikianlah desakan orangtuaku, dan dia tidak membatasi boru nya siapa yang akan kunikahi, yang penting kamu cintai calon istrimu itu, karena selalu bapakku mengingatkan peristiwa yang pernah dialaminya dengan pahit getir, menikah dengan boru tulangnya kandung, setelah berumahtangga selama empat tahun, tak kunjung mendapatkan anak, merekapun bercerai, saat itu agama Kristen belum begitu kuat didalami masyarakat. Mengherankan setelah mereka bercerai, menikah masing-masing dengan pasangan pilihannya, kedua keluarga itu mendapatkan keturunan, yah Tuhan punya kuasa. Atas rekomendasi dari keluarga, akhirnya aku mencoba mencari jodoh,karena yang kucari sendiri tidak berhasil, KN menikah dengan marga Siahaan, DS akhirnya menikah dengan marga Siahaan juga, lalu aku mencoba mendekati MS, yang disponsori oleh keluarga. Kebetulan yang banyak sama kami adalah boru Sinaga dan boru Sihaloho. Masih ada pengaruh Serasi dan Tidak Serasi,hal yang biasa dalam budaya Batak, namun dalam keKristenanan hal demikian tidak ada. Setelah kami berkiriman surat beberapa kali, maka direncanakan lah agar ada perkenalan secara dekat, maka akupun pulanglah dari Surabaya dan menemui MS dirumah mereka di Medan, dan seterusnya memperkenalkan diri ke ortunya MS di Tarutung, yang sedang menjabat Bupati Taput, Kol MSM Sinaga / br.Silalahi. Selanjutnya aku balik ke Surabaya, untuk tugas yang sudah kupilih. Hubungan ku dengan MS, akhirnya diijinkan Tuhan, dan pernikahan kami berlangsung di Gereja HKBP Tarutung Kota,pada tanggal 14 April 2014. Setelah kami selesai mengikuti seluruh acara Pesta Pernikahan, mulai dari pagi dirumah jabatan Amang Mertua, marsibuha-buhai, acara pernikahan catatan sipil,lalu ke Gereja HKBP, selanjutnya Acara Adat. Dari Tarutung,kami menuju Tebingtinggi, sudah pkl 19.oo wib dan sampai di Tebingtinggi sudah lewat tengah malam. Beberapa hari kemudian datanglah rombongan Mertua ,istilahnya Maningkir Tangga kerumah kami di Tebingtinggi. Kami, aku dan istriku Marth boru Sinaga berangkat ke Surabaya, setelah di Medan ada dua malam. Di Jakarta kami nginap di Mess PLN Sam Ratulangi, terus ke Surabaya.

3 komentar: